Diary Kuliah Minggu Ke 7
Minggu Ke 7 Kuliah
Di minggu ke 7 kuliah ini, mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan ada tugas untuk wawancara guru inspirasi. Nah, pilihan kami jatuh kepada Pak Kasdiman, guru Sosiologi SMA N 1 Ngaglik. Beliau adalah guru sosiologi salah satu teman kelompok kami, yaitu Alvin. Alvin merekomendasikan Pak Kasdiman untuk kami wawancara sebagai guru inspirasi. Dan setelah kami melakukan wawancara, ternyataa benar, bahwa Pak Kasdiman adalah guru yang sangat menginspirasi. Banyak sekali pertanyaaan yang kami tanyakan kepada beliau, dan Alhamdulillah dengan senang hati beliau mau menjawab dan memberi kita informasi.
Intinya saja, bahwa menjadi seorang guru adalah profesi yang tidak mudah. Perlu ketulusan dan keikhlasan sepenuh hati untuk mendidik dan mengajar siswa. menjadi guru sejatinya bukan hanya mengajarkan ilmu saja, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai karakter dan nilai-nilai kebaikan lainnya untuk bekal siswa dalam menjalani hidup kedepan. Menjadi guru tidak hanya sebatas pendidik dan peserta didik, tetapi anak dan orangtua. Bagaimana seorang guru harus dapat memposisikan diri seperti orangtua siswa di sekolah. Tidak membedakan satu dengan yang lainnya, dan juga selalu menanamkan nilai-nilai baik.
Menurut Pak Kasdiman, sebagai seorang guru, harus senantiasa menganggap murid adalah anaknya sendiri, maka ketika kita mengajar akan sungguh-sungguh seperti mengajar anak kita sendiri. Kemudian, menjadi guru tidak boleh keras hati, keras fisik, maupun keras dalam mendidik. Tegas boleh, tapi kalau keras jangan sampai. Karena siswa senantiasa menyukai guru atau orangtua yang mendidik anaknya dengan baik tanpa ada kekerasan, pelan tapi pasti.
Jika muridnya melakukan kesalahan, Pak Kasdiman tidak pernah memberikan respon kasar, tetapi Pak Kasdiman memberikan pendekatan pada anak dan menasehati anak untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Dalam mengajar, Pak Kasdiman juga selalu menanamkan nilai religius, supaya siswa selalu ingat dan patuh terhadap Tuhannya. Pak Kasdiman juga mengatakan, bahwa urusan dunia dan akhirat harus seimbang, tidak boleh berat salah satunya. Begitu juga dengan belajar, dunia adalah tujuan dari capaian belajar, tapi akhirat adalah capaian dari proses belajar kita di dunia.
Satu hal namun bermakna besar yang dapat saya ambil dari Pak Kasdiman adalah menjadi guru adalah tentang ketulusan dan keihklasan kita dalam mendidik dan menempatkan diri sebagai pendidik.
Di minggu ke 7 kuliah ini, mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan ada tugas untuk wawancara guru inspirasi. Nah, pilihan kami jatuh kepada Pak Kasdiman, guru Sosiologi SMA N 1 Ngaglik. Beliau adalah guru sosiologi salah satu teman kelompok kami, yaitu Alvin. Alvin merekomendasikan Pak Kasdiman untuk kami wawancara sebagai guru inspirasi. Dan setelah kami melakukan wawancara, ternyataa benar, bahwa Pak Kasdiman adalah guru yang sangat menginspirasi. Banyak sekali pertanyaaan yang kami tanyakan kepada beliau, dan Alhamdulillah dengan senang hati beliau mau menjawab dan memberi kita informasi.
Intinya saja, bahwa menjadi seorang guru adalah profesi yang tidak mudah. Perlu ketulusan dan keikhlasan sepenuh hati untuk mendidik dan mengajar siswa. menjadi guru sejatinya bukan hanya mengajarkan ilmu saja, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai karakter dan nilai-nilai kebaikan lainnya untuk bekal siswa dalam menjalani hidup kedepan. Menjadi guru tidak hanya sebatas pendidik dan peserta didik, tetapi anak dan orangtua. Bagaimana seorang guru harus dapat memposisikan diri seperti orangtua siswa di sekolah. Tidak membedakan satu dengan yang lainnya, dan juga selalu menanamkan nilai-nilai baik.
Menurut Pak Kasdiman, sebagai seorang guru, harus senantiasa menganggap murid adalah anaknya sendiri, maka ketika kita mengajar akan sungguh-sungguh seperti mengajar anak kita sendiri. Kemudian, menjadi guru tidak boleh keras hati, keras fisik, maupun keras dalam mendidik. Tegas boleh, tapi kalau keras jangan sampai. Karena siswa senantiasa menyukai guru atau orangtua yang mendidik anaknya dengan baik tanpa ada kekerasan, pelan tapi pasti.
Jika muridnya melakukan kesalahan, Pak Kasdiman tidak pernah memberikan respon kasar, tetapi Pak Kasdiman memberikan pendekatan pada anak dan menasehati anak untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Dalam mengajar, Pak Kasdiman juga selalu menanamkan nilai religius, supaya siswa selalu ingat dan patuh terhadap Tuhannya. Pak Kasdiman juga mengatakan, bahwa urusan dunia dan akhirat harus seimbang, tidak boleh berat salah satunya. Begitu juga dengan belajar, dunia adalah tujuan dari capaian belajar, tapi akhirat adalah capaian dari proses belajar kita di dunia.
Satu hal namun bermakna besar yang dapat saya ambil dari Pak Kasdiman adalah menjadi guru adalah tentang ketulusan dan keihklasan kita dalam mendidik dan menempatkan diri sebagai pendidik.
Komentar
Posting Komentar